Just One Day of Greatness

For some time now we have been living with a slogan promising to “Make America Great Again.” Appearing first as the catchphrase for the Trump primary campaign, it then extended to the general…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Baju baru

“Mau beli baju lagi gak?”

Wafi tiba-tiba memeluk Kia dari belakang sembari menatap pantulan tubuh keduanya di cermin. Terlihat ukuran tubuh sang istri yang sudah mulai membesar.

Beberapa baju Kia sudah tidak muat, bahkan perempuan itu sering memakai baju suaminya, “Mau. Tapi kan hamilnya cuma sekali ngapain beli baju hamil?”

“Kali aja kamu mau hamil lagi” ucap Wafi yang mendapat tatapan tajam oleh sang istri

Wafi terkekeh. Belakangan ini Kia sering sekali mengeluh mengenai berat badan dan bentuk tubuhnya yang berubah. Terlalu gemuk dan Kia sangat tidak menyukainya. Sesering itu juga Wafi meminta maaf kepada Kia karena ulahnya yang menghamili perempuan itu.

“Iya maaf ya” ucap Wafi.

“Bayinya mau makan mulu. Akunya gak bisa berenti makan juga. Kalo engga, perutnya sakit” ucap Kia yang mulai belajar penggunaan kata Aku-Kamu.

Perempuan itu sebenarnya mau saja berhenti makan tapi mulutnya ingin terus mengunyah. Dan juga perutnya terus lapar. Maka dari itu Kia tidak berhenti memasukan makanan ke mulut demi memenuhi kebutuhan sang putra.

Btw, anak mereka laki-laki loh.

Wafi kini memutar tubuh Kia untuk menatapnya dan menangkup pipi tembamnya itu, “Kamu tau gak? Dengan kamu makan banyak tuh sama aja kamu jadi ibu yang baik buat bayi”

“Kenapa gitu?”

“Soalnya kamu terus kasih apa yang dia butuh. Terusnya kamu juga kenyang, dia sehat, berat badannya naik terus kan?”

Benar. Dokter bilang berat bayinya bagus dan meminta Kia untuk mempertahankan. Kia juga merasa tubuhnya saat ini memang lebih bagus dari sebelumnya, berisi.

Hanya saja perutnya yang besar membuat Kia sebal, “Iyasih. Tapi mau bayi cepet lahir aja deh rasanya. Capek bawa dia terus”

Wafi tersenyum, “Sabar ya. Nanti kalo bayi udah lahir, kita pasti jarang berduaan”

“Titip Mama aja anaknya”

“Yeh.. anak aku. Main titip-titip aja” ucap Wafi pada sang istri.

Kia tersenyum kemudian berjalan kearah lemari untuk mengambil baju toga nya. Besok, perempuan itu akan datang wisuda dengan perut besarnya. Dan Wafi akan setia mendampingi sang istri.

Kia menghela nafas, “Gak pernah kepikiran sama aku, kalo bakalan wisuda pas hamil”

“Anak kita belum lahir udah S2" ucap Wafi.

Mungkin bagi Wafi, itu lucu. Tapi bagi Kia tidak. Perempuan itu tidak suka jokes suaminya. Agak berbeda. Lebih mirip ke jokes bapak-bapak kompleks.

“Gak lucu Waf”

“Tapi cinta?” tanya Wafi.

Sumpah. Kia gak tau kalo suaminya sereceh ini. Kia rasanya mau bekap mulut suaminya saja agak diam.

Add a comment

Related posts:

Criticizing Criticism Series

I have a close friend who’s a doctor. In one of my conversations with her and some other friends she made it very clear why the ‘Love’s Labor Lost’ — an episode of ER ranked by many critics as one of…